Irvan Irawan Jie
Shift Your Focus Inward

Japan’s Erika Kasahara (R) Vs. Papua New Guinea’s Theresa Tona at London Olympic Games, August 8, 2012. REUTERS/Stefano Rellandini
Waktu saya masih SMA dan masih dibawah enam puluh kilogram, saya menekuni olahraga beladiri Tae Kwon Do selama sembilan tahun. Pada masa jaya saya di kelas dua belas, saya mengikuti sebuah pertandingan kejuaraan di tingkat wilayah. Setelah berlatih ekstra keras selama beberapa bulan, saya memberanikan diri untuk mengikuti event itu.
Ketika baru saja turun dari mobil, banyak wajah-wajah sangar atlit-atlit Tae Kwon Do dari sekolah lain yang saya temui. Terus terang hati ini terasa takut-takut gimana…tapi excited gitu. Pada saat coach atau Sabeum saya melihat tampang saya yang sedikit takut tapi semangat itu, dia berkata seperti ini “Udah jangan liatin orang lain, yang inget aja kerasnya latihan kemaren-kemaren.” Perkataan inilah yang membuat saya tenang dan mempersiapkan mental saya pada saat bertanding.
Tibalah waktunya bertanding, lawan saya dari sebuah SMA negeri yang cukup terkenal unitnya. Latihan selama berbulan-bulan tidaklah seberat dengan tiga kali lima menit waktu bertanding. Fisik dan mental saya meningkat tajam karena adrenalin yang memacu tubuh ini. Tendangan, tangkisan dan pukulan melayang bertubi-tubi dari saya dan lawan saya. Pertandingan berlangsung sengit sampai pada lima menit terakhir. Pada saat tubuh dan mental merasa capek, pada saat istirhat, Sabeum saya berkata lagi hal yang sama “Jangan lihat seberapa jagonya dia, tapi inget aja latihan kemaren-kemaren. Kamu pasti bisa” Perkataan ini pula yang akhirnya mampu memotivasidan membuat semangat juang saya kembali naik.
Walau akhirnya saya kalah dan hanya menjadi Juara Harapan tiga, perkataan Sabeum saya saat itu terngiang kembali di telinga saya hari ini. Ternyata dari jaman itu Sabeum saya sudah mengerti NLP dan ilmu coaching yang cukup tinggi. Semua hal yang terjadi di luar kita tidaklah dapat kita atur, tetapi yang bisa kita atur adalah pikiran dan perasaan yang menciptakan keadaan tubuh (state) kita. Adalah hal yang bodoh kalau kita berpikir bahwa kita bisa mengatur apa yang orang lain lakukan kepada kita.
Sebagai seorang coach yang baik, Sabeum saya mampu mengalihkan fokus pikiran dan perasaan saya dari external kepada internal. Disinilah sumber daya internal saya diberdayakan secara maksimal. Karena saya sudah pernah mengalami latihan sebelum menghadapi pertandingan, saya sudah punya skill yang dapat saya gunakan saat itu.
Apapun keadaan kita saat ini, di dalam kehidupan pribadi kita masing-masing, kita sudah memiliki segala sumber daya yang kita perlukan untuk bisa berhasil. Yang kita perlukan adalah menfokuskan pikiran dan perasaan kita ke dalam. Cari di dalam dirimu yang dapat membangkitkan dirimu yang terbaik untuk menghadapi keadaan diluar baik dalam hal bisnis, belajar, bekerja, hubungan asmara atau apapun itu. Bukankah tujuan kita semua adalah untuk menjadi pribadi yang terbaik yang bisa menjadi berkah untuk orang lain?
Irvan Irawan Jie