Mastering - Wants
Betapa bahagianya ketika siang-siang panas, saya dapat menikmati kelapa muda yang manis, dingin dan daging kelapanya sangat lembut. Rencananya adalah kelapa itu akan dinikmati sore-sore di sela istirahat pelatihan yang sedang dijalankan. Sang pemilik rumah pun sudah menjanjikan bahwa dia akan menyediakannya. Sayangnya ternyata jadwal berubah, waktu istirahat ternyata sangat minim dan akhirnya tidak waktu untuk menikmati buah kelapa tersebut.
Ketika saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan, saya merasa kecewa. Parahnya kecewa bukan hanya kepada hasil yang tidak didapatkan, tapi juga kepada diri sendiri yang membiarkan waktu berlarut-larut sehingga tidak ada waktu untuk menikmati kelapa tersebut. Betapa bodohnya saya dalam mengatur waktu pelatihan saya. Ketidakbahagiaan saya saat ini karena saya belum mendapatkan apa yang saya inginkan. Saya disiksa oleh kenyataan bahwa saya ingin tapi belum mendapatkan.
Saya mencari kebahagiaan, karena bagi saya kebahagiaan adalah sesuatu yang sangat penting. Bahkan bukan hanya bagi saya, hampir dari setiap sesi coaching yang saya lakukan, kata-kata "bahagia" akan selalu muncul. Belum pernah saya menemukan ada seseorang yang tidak ingin bahagia. Ada yang ingin berbahagia karena memiliki keluarga, ada yang bahagia karena memiliki harta, ada yang bahagia karena pencapaian dan berbagai macam alasan lainnya.
Masalah tidak bahagianya saya datang ke saya ketika saya sedang menginginkan sesuatu. Sebelum saya menginginkannya, saya tidak mengalami masalah-masalah tersebut. Masalah itu terjadi ketika saya punya keinginan. Sehingga bisa saja masalah-masalah yang saya alami saat ini adalah keinginan-keinginan saya yang tidak terpenuhi. Terutama keinginan-keinginan yang menjadi sesuatu yang tidak memberdayakan dan tidak berguna bagi saya.
Apakah keinginan yang tidak berguna dan tidak memberdayakan menjadi masalah bagi hidup kita saat ini?
To your highest and masterful self,
Irvan Irawan Jie
Neuro-Semantics Trainer
Associate Certified Meta-Coach