Mastering – Transitions
Selama dua belas hari dan sebelas malam saya berada di Bali untuk pelatihan. Pelatihan bukan pelatihan biasa tetapi pelatihan yang mentransformasi seseorang menjadi lebih baik. Setelah dua belas hari, saya merasa saya menjadi seorang yang berbeda dengan saya yang baru datang. Ada pembelajaran, interaksi, pemahaman, kemampuan dan bahkan teman-teman baru yang saya dapatkan selama dua belas hari ini.
Saya menulis ini sembari duduk di kedai kopi di dalam bandara Ngurah Rai sembari menunggu keberangkatan pesawat saya pulang ke rumah. Sama seperti ketika saya sampai di Bali, saat pulang pun saya akan mengalami transisi yang baru. Transisi dari seorang pembelajar, coach, trainer dan teman menjadi seorang ayah, suami dan anak bagi keluarga-keluarga saya.
Transisi ini yang terkadang saya perlu sadari, ketika saya di rumah saya bukanlah seorang trainer dan pengajar, apalagi coach. Ketika saya mengajar saya bukanlah ayah bagi orang-orang yang belajar kepada saya. Apakah transisi yang sekarang berlangsung di diri saya adalah transisi menjadi sesuatu yang benar? Atau malah transisi saya menghasilkan hasil yang tidak saya inginkan bagi keluarga saya di rumah. Saya tidak mungkin menjadi seorang pengajar ketika saya ada di rumah, yang ada justru saya belajar ketika menghadapi anak-anak dan istri di rumah. Bagi saya itulah pembelajaran kehidupan yang paling besar.
Masa transisi di kedai kopi ini akan menjadi jembatan bagi saya ketika saya sampai di rumah nanti. Transisi ini adalah sesuatu yang natural terjadi di dalam diri kita masing-masing. Tinggal bagaimana kita menyadari, mempersiapkan diri dan menyikapinya. Kita keluar dari sebuah keadaan dan masuk ke dalam keadaan yang baru tanpa kita sadari.
Transisi apa yang sedang terjadi di dalam hidup kita dan bagaimana kita akan menyikapinya supaya kita dapat mencapai tujuan hidup yang membahagiakan bagi diri kita dan orang-orang di sekitar kita?
To your highest and masterful self,
Irvan Irawan Jie
Neuro-Semantics Trainer
Associate Certified Meta-Coach