Irvan Irawan Jie
Mastering - Selfish

Tahun lalu adalah masa-masa yang mungkin tidak mudah bagi sebagian orang, biasa saja bagi sebagian dan tahun yang baik bagi sisanya. Bagi saya tahun lalu adalah tahun pembelajaran, banyak sekali yang saya pelajari bukan hanya tentang apa yang bisa dilakukan tetapi juga tentang diri saya sendiri. Saya menyadari bahwa di masa-masa dimana saya merasa khawatir, takut dan stres tentang keadaan, di saat itu saya cenderung hanya memikirkan diri sendiri.
Apa yang bisa saya lakukan untuk menenangkan diri sendiri, apa yang bisa saya dapatkan dari apa yang saya kerjakan, apa yang saya inginkan dan bagaimana saya mendapatkannya. Semuanya tentang saya-saya-saya dan saya. Sikap egois saya muncul ketika saya merasa tidak aman dengan keadaan dan lebih tepatnya tidak aman dengan diri sendiri. Oleh karena itu, saya banyak sekali menerapkan penerimaan saya atas diri saya sendiri. Dengan menerima diri sendiri dan keadaan maka perlahan perasaan aman itu mulai muncul kembali. Bahwa saya dan setiap dari kita memiliki sumber daya yang cukup untuk mengatasi apa pun yang sedang dialami.
Paradox tentang emosi-emosi negatif adalah, semakin ditolak maka akan semakin membesar, semakin diterima semakin dia hilang. Hal ini sudah sering saya katakan baik dalam kelas ataupun dalam beberapa tulisan lainnya. Kemarin saya menyadari bahwa ternyata setelah hilang, bukan berarti emosi negatif itu tidak akan kembali lagi. Sama halnya dengan kehidupan setiap manusia, emosi negatif itu bisa saja dialami oleh siapa pun, kapan pun dalam keadaan apa pun. Yang membedakan adalah apa yang akan dilakukan ketika emosi itu kembali.
Kemarin dalam renungan saya menyadari satu hal, ketika tekanan itu kembali, emosi negatif muncul dan sudah diterima, lalu apa yang bisa saya lakukan. Yang bisa saya lakukan adalah membagikan diri saya untuk membangun orang lain. Mengubah fokusnya dari saya kepada apa yang bisa saya lakukan kepada orang lain. Setelah saya merasa lebih baik, untuk mempertahankannya maka saya memilih untuk membagikan diri saya dan membangun orang lain.
Hal ini akan menjadi lebih kuat apabila kita sudah mengetahui apa tujuan kita berada di dunia ini? Apa yang bisa kita lakukan dan berikan kepada orang-orang di sekitar? Bukan hanya tentang materi, tetapi juga waktu, cinta, perhatian, ilmu, dan lainnya. Dengan membagikan diri kita sebagai kebaikan kepada orang lain, maka diri kita juga akan dipenuhi dengan kebaikan. Kebaikan apa yang bisa dilakukan terhadap sekitar kita hari ini?
To your highest and masterful self,
Irvan Irawan Jie
NeuroSemantics Trainer
Associate Certified Meta-Coach