top of page
  • Gambar penulisIrvan Irawan Jie

Mastering - Self Compassion


Sate ayam yang kami nikmati kemarin itu sangat lezat. Sudah sekian lama saya ingin makan sate ayam, tetapi di rumah kami selalu ada makanan yang entah dibuat oleh istri ataupun diberikan oleh orang tua saya atau mertua saya. Kadang-kadang anak-anak juga lebih memilih makanan cepat saji daripada makanan tradisional seperti sate yang ada di dekat rumah saya. Sehingga kemarin adalah sebuah kesempatan bagi saya untuk menikmati makan sate ayam dengan bumbu kacangnya yang lezat.


Sembari makan bersama dengan teman, dia pun memberikan komen yang saya. "Gua cuma makan sate kalau cuma ada lu nih bro, kalau gak ada lu gua pulang ke rumah dan makan ikan asin aja yang ada." Dalam pikiran saya, lah kok senasib dengan saya, seandainya saya juga cuma sendirian, maka saya akan memilih makan apa yang ada saja di rumah dan tidak membeli makanan yang sebenarnya saya inginkan sudah sejak lama. Saya dan teman saya setipe, tipe yang suka menyambut dan menyenangkan orang lain, tapi kadang lupa untuk memikirkan diri sendiri.


Kata guru saya, seseorang cenderung merasa memiliki kemampuan dan bahkan melebih-lebihkannya dan sebaliknya merasa dirinya tidak cukup dan bahkan merendahkan dirinya sendiri. Perkataan guru ini saya selalu muncul sebagai peringatan atas diri saya ketika saya sedang merasa lebih mampu daripada apa yang sebenarnya saya bisa dan ketika saya sedang merasa minder atau rendah diri karena sebuah kesalahan atau kebodohan saya. Kata guru saya juga kadang muncul ketika saya sedang tidak menyayangi diri saya sendiri.


Dalam pikiran saya, untuk bisa menjadi seorang manusia yang bermanfaat bagi orang lain maka saya perlu memberikan kasih sayang saya kepada mereka. Padahal sebenarnya untuk bisa menyayangi orang lain dengan efektif, paradoksnya adalah saya perlu menyayangi diri saya sendiri terlebih dahulu. Saya tidak dapat memberikan kasih sayang yang berlimpah kepada orang lain apabila kasih sayang dalam diri saya saja sudah kering kerontang.


Berhenti merendahkan, menekan dan menghakimi diri sendiri. Apa yang perlu kita lakukan untuk bisa lebih menyayangi dan mengasihi diri sendiri supaya kita dapat membahagiakan bukan hanya diri sendiri tetapi juga orang-orang di sekitar kita?


To your highest and masterful self,

Irvan Irawan Jie

www.irvanjie.com

Neuro-Semantics Trainer

Associate Certified Meta-Coach

3 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page