Irvan Irawan Jie
Mastering - Prosecuting

Seorang jaksa penuntut umum, tugasnya adalah menuntut. Tidak semua penuntut berada di ruang persidangan. Walaupun tanpa gelar, banyak orang-orang yang mengenakan jubah penuntut di dalam kehidupan kesehariannya. Menunut bukan karena memang itu profesi kesehariannya, tetapi karena sebuah kebiasaan ataupun kelakuan yang entah disadari atau tidak.
Penuntut di dalam keseharian kita adalah orang-orang yang merasa benar dengan pemikirannya sendiri. Karena mereka merasa benar dan menggunakan cara pikir kanak-kanak, mereka menganggap bahwa orang lain diluar koridor pemikiran mereka adalah orang-orang yang salah. Ditambah dengan tidak mampunya para penuntut untuk melihat dari perspektif orang lain, maka dunia kenyataan yang dialami oleh para penuntut adalah dunianya sendiri.
Tuntutan yang dilayangkan terhadap orang-orang yang dianggap salah bukan hanya karena pemikiran mereka, tetapi juga karena mereka percaya dan yakin seyakin-yakinnya bahwa cara pikir mereka adalah yang paling benar. Kepercayaan yang berlebihan ditambah ketidakpekaan terhadap orang lain akan menimbulkan arogansi dari perkataan maupun sikap seseorang yang menjadi penuntut diluar ranah profesinya.
Walaupun menyenangkan untuk berpikir bahwa kita selalu benar, bukan berarti orang lain salah. Orang lain pun memiliki kebenarannya masing-masing yang bisa saja tidak sesuai dengan kepercayaan kita atas kebenaran kita sendiri. Seseorang yang dewasa secara cara pikir akan mampu melihat dari perspektif yang berbeda dan bahkan menunda godaan untuk menuntut apalagi mengatakan orang lain salah berdasarkan kriteria dan undang-undang dalam dirinya sendiri.
Toleransi antar sesama adalah hasil akhir ketika kita mampu menjadi orang yang selalu menghormati kebenaran dalam diri kita dan juga orang-orang lain di sekitar kita. Undang-undang yang kita pegang dan bawa di dalam keseharian kita hanya berlaku bagi diri sendiri.
To your highest and actualized self,
Irvan Irawan Jie
Neuro-Semantics Trainer
Associate Certified Meta-Coach