Irvan Irawan Jie
Mastering - Pain

Berdiri dan berjalan adalah sebuah kemampuan standar yang kadang sudah tidak terpikirkan lagi. Setidaknya bagi saya, ketika berjalan saya sudah tidak memikirkan lagi bagaimana caranya berjalan dan apa yang perlu saya lakukan ketika saya berjalan. Karena sudah terbiasanya berjalan, maka saya bisa tersandung ketika saya berjalan dan sambil melihat ke belakang. Itu yang terjadi tiga hari yang lalu, saya tersandung ketika berjalan dan menyebabkan jempol kaki kanan saya terkilir.
Selama dua hari sakit itu ditahan untuk memfasilitasi sebuah pelatihan, sampai akhirnya kemarin setelah dua hari di kompres tidak membaik saya memutuskan untuk pergi di urut. Atas saran teman, saya pergi mengurut ke sebuah tempat di Gading Serpong. Di awal segalanya berjalan dengan baik, kaki di urut perlahan untuk mengetahui keadaannya. Namun setelah beberapa saat, sakitnya menjadi luar biasa. Sampai saya meringis dan berteriak beberapa kali untuk berusaha menahan sakitnya.
Menurut ibu yang mengurut saya, rasa sakit ini diperlukan untuk membuat syarafnya menjadi lentur kembali. Memang benar setelah rasa sakit yang luar biasa itu, rasa sakit di jempol saya mulai membaik sampai pagi ini saat saya menulis tulisan ini. Namun cerita ini bukanlah tentang jempol kaki, tetapi tentang jempol tangan kanan. Setelah mengurut jempol kaki, ibu urut ini mengurut jempol tangan tangan kanan saya. Tepatnya telapak tepat di bawah jempol tangan saya. Saya tidak memiliki keluhan apa-apa di telapak tangan saya, jadi saya persilahkan.
Ternyata setelah mulai di pijat, rasa sakit di telapak jempol saya jauh lebih besar daripada sakit di jempol kaki saya yang terkilir. Terkejut, saya bertanya apa yang terjadi dengan telapak jempol kanan saya. Kata ibunya dengan santai adalah, ini rasa sakit yang sudah lama dilupakan. Karena terlalu sering saya menggunakan jempol tangan untuk mengetik, menulis, menggunakan smartphone dan hal-hal lainnya. Sehingga jempol kanan saya sebenarnya lelah tetapi terus digunakan. Sampai saatnya dipijat baru rasa sakit itu keluar dan setelahnya menjadi jauh lebih nyaman.
Berjalan di dalam hidup, apakah ada rasa sakit yang terendap, diabaikan dan dilupakan? Bisa jadi rasa sakit itu yang menghalangi kita untuk dapat menjalani hidup saat ini dengan lebih baik. Melepaskannya akan membantu hidup kita sekarang dan ke depannya menjadi lebih nyaman.
To your highest and masterful self,
Irvan Irawan Jie
Neuro-Semantics Trainer
Associate Certified Meta-Coach