Irvan Irawan Jie
Mastering - Opportunity

Seorang bapak tua dengan sigap berjalan ke tengah jalan ketika melihat mobil saya ingin keluar komplek. Sudah beberapa kali saya melihat dia dengan sigap mengatur lalu lintas supaya mobil yang keluar komplek dapat melakukannya dengan aman dan mudah. Sikapnya sangat menyenangkan dan saya dengan sukarela memberikan uang untuk jasanya yang memudahkan saya, begitu juga mobil-mobil lainnya. Setiap kali saya melewati jalan ini, apabila ada bapak tua ini maka dia selalu berjasa untuk mengatur lalu lintas di sana.
Beberapa kali saya melewati jalan itu, bukan si bapak tua yang menjaga. Ada seorang tukang parkir yang lebih muda. Apabila saya melewati jalan ini di pagi hari dan anak muda yang menjaga ini, terkadang anak muda ini masih sedang duduk minum kopi dan berbincang santai dengan pemilik warung di pinggir jalan tanpa memedulikan mobil-mobil yang ingin keluar komplek. Kalaupun dia sedang menjaga lalu lintas, maka dilakukan dengan ogah-ogahan dan pergi setelah menerima uang dari mobil yang memberikan tanpa memastikan mobil itu sudah berhasil keluar dengan baik atau belum.
Perbedaan sikap ini menjadikan saya terkadang tidak rela memberikan uang tip untuk anak muda ini dan memilih untuk keluar menggunakan kemampuan sendiri. Bapak tua dengan kesigapannya mengajarkan kepada saya untuk tetap siap setiap saat. Walaupun terkadang dia juga sedang minum kopi dan duduk, tetapi begitu dia melihat ada mobil yang mau keluar komplek, dia akan dengan segera memakai topinya lalu sambil tersenyum mengatur lalu lintas yang ada. Walaupun jalanan di depan komplek kosong, tetapi setiap orang yang lewat tetap saja memberikan dia uang.
Apa pun yang sedang terjadi saat ini, kita tidak pernah akan tahu ada kesempatan apa yang akan datang. Kesempatan itu bisa saja datang ketika kita sedang santai, sedang beristirahat atau bahkan sedang tidak acuh. Kesempatan tidak pernah memberitahukan kapan dia datang, dia hanya hadir dan datang saja. Apabila kita tidak siap maka kesempatan itu akan lewat begitu saja dan akhirnya tidak menjadi sesuatu yang baik buat diri kita. Yang dapat kita lakukan apabila sudah melewatinya adalah bersiap kembali dan berharap kita sedang siap siaga di kesempatan berikutnya.
Apa yang perlu kita lakukan untuk bisa siap siaga menyambut kesempatan? Walaupun mungkin sekarang mungkin masih belum tahu kapan dan bagaimana dia akan datang?
To your highest and masterful self,
Irvan Irawan Jie
NeuroSemantics Trainer
Associate Certified Meta-Coach