top of page
  • Gambar penulisIrvan Irawan Jie

Mastering - Neighboring


Pagi-pagi rumah kami diketuk oleh tetangga seberang rumah. Tetangga seberang adalah pasangan muda yang baru pindah ke sana sekitar tiga tahun yang lalu. Sebelumnya rumah itu adalah rumah neneknya, ketika neneknya meninggal rumah tersebut sempat kosong selama satu tahun lalu di renovasi dan akhirnya ditinggali kembali oleh pasangan muda ini. Rumahnya tidak terlalu besar, tapi sepertinya nyaman. Tipe-tipe rumah jaman dahulu yang lebar di dalam dan tidak memiliki lantai dua kecuali untuk mencuci dan menjemur pakaian.


Pasangan ini sebenarnya jarang sekali bergaul dengan tetangga-tetangganya, tetapi hubungan kami tetap baik. Bisa saja karena di Komplek rumah kami ini dipenuhi oleh senior citizens dan keluarganya mereka masing-masing. Bahkan di Komplek rumah saya ada lima rumah yang semuanya bersaudara. Sehingga ada rasa sungkan untuk bisa masuk ke sebuah komunitas yang memang sudah cukup akrab sebelumnya.


Sehari-hari saya dengan tetangga seberang rumah ini masih saling sapa seandainya bertemu di luar, tetapi hanya sebatas itu. Walau begitu saya kenal neneknya mereka sebelum meninggal dan juga ayah dari laki-lakinya karena dulu sering datang menjenguk neneknya. Sebulan yang lalu mereka dikarunia oleh seorang anak, dan sudah lama sekali kami tidak mendengar suara tangisan bayi di dalam Komplek rumah kami ini. Saya tahu istri tetangga ini sedang hamil tapi kami tidak tahu kapan bayinya akan lahir. Sampai satu pagi, kami mendengar tangisan bayi dan terheran-heran dari mana datangnya. Baru kami sadar tetangga kami ini sudah melahirkan.


Dengan inisiatif istri saya, kami memberikan hadiah kelahiran bayi. Setelah memilih cukup lama akhirnya kami memberikan satu set termos untuk bisa membantu mereka membuat susu. Beruntungnya ternyata memang itu yang mereka butuhkan. Pagi ini, ketika saya sedang lapar dan tidak ada sarapan, mereka datang ke rumah membawa sebuah kue enak untuk memperingati sebulan lahirnya anak mereka. Walau dengan basa-basi saya bilang kepada mereka sebenarnya tidak usah repot-repot, tetapi dengan senang hati saya menerima sarapan saya pagi ini.


Inilah indahnya bertetangga, saling memberi kebaikan bagi sesamanya. Bukan hanya tetangga tetapi juga dengan "tetangga" pekerjaan kita, dengan orang-orang yang bekerja bersama-sama dengan kita. Saling memberi akan membawa kebaikan yang lebih besar bagi semuanya. Kebaikan yang sudah ditebar akan kembali kepada diri kita berlipat-lipat kali ganda. Sudahkah menebar kebaikan hari ini?


To your highest and masterful self,

Irvan Irawan Jie

Neuro-Semantics Trainer

Associate Certified Meta-Coach

1 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page