Mastering - Mixing
Menyeruput kuah bakso panas, asin, pedas, manis dan lezat adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi saya dan istri saya. Ada seorang abang bakso yang berjualan di dekat sekolah yang sudah menjadi langganan kami dari sejak kami masih bersekolah di sana. Setelah liburan Idul Fitri, si Abang Adi namanya, baru kembali kemarin dan hari ini kami sudah memesan beberapa mangkuk bakso untuk dimakan bersama. Prosesnya pun cepat, hanya tinggal di whatsapp, tidak lama tinggal diambil.
Bagi saya kenikmatan dalam memakan semangkok bakso adalah ketika kita menciptakan kuah racikan sendiri. Menambah seberapa banyak cabai yang diinginkan, dicampur dengan sedikit kecap manis dan asin, lalu tambah lada putih dan tidak lupa perasan jeruk limaunya. Setiap kuah bakso yang hadir di hidup saya dapat diracik sedemikian rupa sehingga rasanya jadi seperti yang saya inginkan.
Bagi setiap orang kuah bakso yang enak akan berbeda-beda. Istri saya akan lebih banyak cabai daripada kecap manisnya. Anak saya akan lebih banyak saus nya daripada limaunya. Karena bagi setiap orang pengalaman yang dirasakan dalam menikmati semangkuk kuah bakso juga akan berbeda-beda. Saya tidak dapat memaksakan kuah bakso yang enak bagi saya kepada istri saya dan juga sebaliknya. Saya hanya dapat menawarkannya.
Terkadang kita menganggap bahwa racikan, campuran dan adukkan kita adalah yang terbaik bagi semua orang. Kita mencampuradukkan pemikiran kita dengan pengalaman kita lalu menganggap pemikiran dan pengalaman kita dapat mencerminkan kebaikan bagi semua orang hanya karena itu baik bagi kita. Padahal campuran kebaikan bagi setiap orang akan berbeda-beda. Yang bisa saya lakukan hanyalah menawarkan kebaikan yang bisa saya berikan.
Sudahkah meracik, mencampur dan mengaduk kebaikan dalam diri kita sehingga apa yang kita lakukan hari ini bisa menjadi berkah kebaikan bagi orang-orang di sekitar kita yang memang mau merasakannya?
To your highest and masterful self,
Irvan Irawan Jie
Neuro-Semantics Trainer
Associate Certified Meta-Coach