Irvan Irawan Jie
Mastering - Mind Reading

Dia lewat membawa sapu dan pel untuk membersihkan kamar. Wajahnya tampak masih mengantuk karena baru bangun tidur dan sepertinya banyak yang perlu dikerjakannya. Dia lewat tanpa berbicara apapun kepada saya dan hanya memerintahkan anak-anak untuk segera bersiap untuk sekolah daring. Setelah menaruh sapu dan pel, dia langsung membereskan kamar tidur anak-anak.
Sepanjang itu sedikit pun dia tidak melihat saya yang sedang duduk di meja kerja sambil menulis tulisan ini. Kebiasaan yang setiap hari saya mulai lakukan sejak tahun lalu. Caranya membereskan kamar juga dengan tergesa-gesa, dia membereskan dengan cepat dan langsung dengan sigap kembali mengurus anak-anak setelah selesai. Tidak ada sedikit pun suara atau kata-kata yang ditujukan kepada saya.
Dengan pelan saya katakan, "sudah, sebentar setelah selesai akan saya bantu untuk beres-beres." Dan dengan suaranya dia akhirnya membalas "Gak usah, aku bisa." Dalam pikiranku langsung berasumsi ratusan skenario, apakah dia marah? apakah aku salah? sekarang apa yang perlu aku lakukan? Gawat, makan siangku nanti dibuatkan gak ya? yang semuanya adalah asumsi-asumsiku sendiri. Tanpa konfirmasi kepada istri saya, maka semua ini akan terus menyiksa saya.
Saya seperti seorang cenayang kata seorang peserta pelatihan, karena seolah-olah saya mampu membaca pikiran seseorang. Pada kenyataannya, saya tidak bisa membaca pikiran seseorang. Saya berasumsi lalu menanyakan asumsi saya kepada orang tersebut. Apabila benar maka saya berasumsi benar dan apabila salah maka saya akan memintanya untuk membenarkan asumsi saya. Hal ini dapat berlaku apabila ada kesempatan untuk konfirmasi.
Dalam hubungan dengan orang lain, apakah kita terjebak dengan asumsi-asumsi kita sendiri? Hal-hal apa yang perlu di konfirmasi dengan orang lain di sekitar kita agar membawa kita lebih dekat kepada tujuan kebahagiaan kita?
To your highest and masterful self,
Irvan Irawan Jie
Neuro-Semantics Trainer
Associate Certified Meta-Coach