top of page
  • Gambar penulisIrvan Irawan Jie

Mastering - Mess


Ada tujuh gelas di nakas dekat tempat tidur saya, dua berisi susu Milo anak-anak dan satunya lagi sisa teh tadi malam. walaupun kami hanya berempat. Bukan hanya itu saja ada tiga remote walaupun televisi hanya satu. Belum lagi ada seplastik marshmellow, sebungkus biskuit cheddar goldfish, seplastik telur gabus, dua botol minum besar, dan dua plastik camilan lainnya yang saya sendiri tidak tahu namanya. Karena nakas ini ada di tempat tidur, maka di sana juga ada obat-obatan dan vitamin yang biasa dipakai oleh saya dan anak-anak.


Belum selesai sampai sini, ternyata di balik plastik makanan-makanan itu ada sebotol alat pembersih dan kain lapnya, sisir, karet rambut, bedak anak-anak, sebuah 3DS XL dan akhirnya ada sebuah speaker bluetooth portabel. Di meja yang ukurannya hanya 75 x 60cm. Bagi saya sangat berantakkan. Rasanya ingin mengeluh kepada istri mengapa dia tidak membersihkannya, tetapi saya juga sadar bahwa istri sudah melakukan banyak hal seharian. Bukan hanya mengurus anak-anak tetapi juga mengurus rumah dan bahkan saya.


Sebelumnya dia juga pernah mengatakan bahwa wajar saja ketika masih ada anak-anak maka rumah tidak akan bisa serapi ketika kami masih hanya berdua. Juga tidak setiap kali nakas kamar tidur itu berantakkan, hanya saja memang selama beberapa malam ini kami berkumpul di kamar untuk bersantai dan bermain bersama. Biasanya juga memang tidak seberantakan malam kemarin.


Hidup tidak selalu rapi dan sesuai dengan keinginan. Ada masa-masa dimana hidup terasa seperti sedang berantakkan. Berantakkan saat ini bukan berarti kemarin atau besok akan tetap berantakkan. Segala sesuatunya akan tetap berantakkan kalau memang tidak dirapikan. Merapikan atau tidak sepenuhnya keputusan dari diri sendiri sesuai dengan keadaan yang sedang dialami. Bisa saja memang masa-masa berantakkan ini perlu dilewati saat ini karena memang belum dapat dirapikan.


Mengharapkan hidup tanpa berantakkan bisa jadi malah menjadikan ekspektasi terhadap hidup yang tidak realistis dan dengan begitu saja menjadikan hidup itu malah menjadi berantakkan. Hidup yang berantakkan berarti bahwa hidup ini sedang dihidupi. Apa yang dilakukan dengan yang berantakkan itu yang akan menentukan kualitas hidup kita di masa depan.


To your highest and masterful self,

Irvan Irawan Jie

www.irvanjie.com

Neuro-Semantics Trainer

Associate Certified Meta-Coach


6 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page