Irvan Irawan Jie
Mastering - Ingredients

Saya diamkan dia dua jam setelah saya banting-banting, pukul-pukul dan uwel-uwel selama setengah jam. Bukan karena saya kesal kepadanya tetapi karena memang itu proses yang perlu dia lewati. Setengah jam berikutnya saya kembali menguleni adonan tepung, air, garam, gula, minyak dan ragi ini. Adonannya sudah kelihatan seperti adonan-adonan roti Perancis yang mungkin dibuat di Perancis sana. Sebegitu percaya dirinya saya terhadap kemampuan saya membuat roti.
Selama menunggu adonan tersebut bertumbuh dan berkembang biak, saya membuat saus tomat sederhana. Sebuah trik yang saya pelajari dari menonton koki-koki profesional di Youtube. Dalam lima belas menit semuanya sudah jadi. Tidak hanya saus tomat, karena saya lagi ingin makan sayuran, saya membuat saus Alfredo yang cocok untuk sisa kangkung yang ada di lemari es. Dimulai dari tepung terigu dan mentega, lalu dicampur susu full cream dan keju cheddar yang dilelehkan. Tambahkan lada hitam yang baru saja dihancurkan sedikit dan voila, jadi sudah.
Proses membuat pizza berjalan dengan mulus, adonannya mengembang sempurna, elastis walau masih sedikit lengket. Dengan teknik yang saya pelajari dulu ketika bekerja sebagai pembuat pizza di restoran, saya menguleni sebentar lagi adonannya. Lalu mengajak anak saya yang kecil membentuk pizzanya di atas loyang bundar. Oven sudah dipanaskan selama kurang lebih dua puluh menit dan temperaturnya sudah mencapai lima ratus derajat Celsius. Segera setelah siap di loyangnya, anak saya minta stuffed crust, jadilah saya menambah keju lagi di pinggiran-pinggirannya.
Saus dituang ke setiap pizzanya, saus tomat, keju mozzarella, sosis dan nanas di salah satunya dan kangkung alfredo dan saus mozzarella di salah satunya lagi. Masing-masing butuh waktu dua puluh sampai dua puluh lima menit di oven panas untuk mengembang sempurna dan menjadi sebuah pizza yang lezat untuk makan malam kami. Namun ketika memakannya saya merasakan ada sesuatu yang aneh dan kurang pas. Ternyata adonannya terlalu keras di di baglan uarnya.
Melihat ke belakang saya di meja dapur, istri saya menunjuk kepada kantung terigu yang saya pakai. "Kamu pakai terigu untuk cookies aku ya?" dan saya langsung tepuk jidat. Terigunya salah, tentu saja hasilnya tidak akan maksimal. Sehebat apapun teknik, peralatan, tujuan dan hasil yang ingin dicapai, apabila bahannya salah maka tentu tidak akan mendapatkan hasil seperti yang diinginkan.
Sudahkah mengecek "bahan-bahan" yang kita masukkan dalam hidup kita?
To your highest and masterful self,
Irvan Irawan Jie
Neuro-Semantics Trainer
Associate Certified Meta-Coach