Irvan Irawan Jie
Mastering - Heroism

Terkilas balik ingatan saya ketika kecil. Di tengah teriknya matahari siang, dia tetap berdiri di depan. Berbicara seorang diri kepada anak-anak yang belum tentu mendengarkannya. Wajahnya menunjukkan usianya yang sudah tidak lagi muda. Kata-katanya tegas, lantang dan berwibawa. Dia mengajarkan anak-anak bukan hanya tentang apa yang dipelajarinya tetapi juga tentang kehidupan.
Saat itu, tidak ada yang tahu arti pelajaran yang sedang diberikan. Setiap anak, termasuk saya hanya sibuk berpikir untuk segera bermain di jam istirahat dan apa yang akan dilakukan setelah selesai sekolah. Tiap hari lepas tiap hari tanpa disadari apa yang dikatakan oleh seorang guru akan masuk juga walaupun tidak sepenuhnya. Pada akhirnya anak-anak akan terdidik kalau tidak dengan keinginan sendiri, berarti dengan paksaan ulangan.
Siapakah guru dalam kelas kehidupan kita? Mudah sekali belajar dari orang-orang yang kita sukai dan hormati. Mengelu-elukan mereka dan dengan senang hati menerima pembelajarannya, walaupun belum tentu pembelajarannya berguna dalam hidup kita. Seorang guru juga bisa saja orang-orang yang tidak kita sukai, orang-orang yang tidak kita nikmati keberadaannya dan bukan orang-orang yang kita hormati. Bahkan orang-orang yang tidak kita anggap penting dalam kehidupan kita.
Memori ini terbangun dalam diri saya kemarin ketika saya perlu mengikuti ujian sertifikasi. Betapa terkadang saya tidak menghargai guru-guru yang mengajari saya, terutama ketika saya merasa terpaksa. Walau saya tidak menunjukkan ketertarikan, tetapi guru-guru yang datang tetap mengajarkan apa yang perlu saya pelajari. Bukan hanya dalam kelas persiapan ujian ini saja, tetapi juga dalam kelas kehidupan.
Di hari pahlawan ini, marilah mengingat juga jasa para pahlawan tanpa tanda jasa yang pernah menghampiri dan mengimpartasikan pengetahuan dalam diri kita. Baik atau buruk, keduanya tetaplah pembelajaran hidup.
To your highest and masterful self,
Irvan Irawan Jie
Neuro-Semantics Trainer
Associate Certified Meta-Coach