Irvan Irawan Jie
Mastering - Habit

Saya memiliki sebuah kebiasaan baru yang saya bangun dari akhir tahun lalu. Kebiasaan untuk tidak sarapan pagi. Untuk menjaga kondisi tubuh supaya tidak terlalu melar seperti balon, maka saya melewati makan pagi dan membiarkan tubuh saya membakar kalori sampai siang hari sebelum saya makan siang. Kebiasaan ini sudah membuahkan hasil, berat badan saya sudah turun tujuh kilogram semenjak akhir tahun lalu. Lalu PSBB terjadi.
Ketika bekerja keluar dari rumah, maka tidak sarapan adalah menjadi sesuatu yang mudah. Ketika berada di rumah, godaan untuk sarapan menjadi jauh lebih besar. Saya berhasil menahannya sampai beberapa minggu lalu. Beberapa minggu lalu, karena saya merasa kurang fit, saya ingin minum multivitamin. Karena saya punya keyakinan bahwa kalau meminum multivitamin maka saya perlu makan terlebih dahulu, maka saya sarapan. Hari ini saja pikir saya. Keesokan harinya ternyata masih merasa kurang fit, sehingga saya melakukannya lagi.
Tanpa saya sadari, tubuh saya mengubah kebiasaannya yang tidak makan di pagi hari. Setelah dua hari tersebut, setiap pagi tubuh mengeluarkan sinyal-sinyal lapar yang luar biasa. Lapar seperti macan yang tidak makan beberapa hari lalu dihidangkan steak dari TGI Fridays. Lapar ini jauh lebih kuat daripada lapar di pagi hari yang pernah saya rasakan ketika saya memang sengaja tidak makan pagi. Walaupun saya tahu lapar ini hanyalah sebuah sinyal dan bukan tubuh saya benar-benar membutuhkan energi, tetapi nasi uduk hangat dengan kerupuk merah dan sambal kacangnya itu sungguh menggoda.
Dengan begitu saya, kekuatan batin saya untuk tidak sarapan runtuh seketika. Setelah diikuti selama beberapa hari dengan dalih, saya kan butuh tenaga untuk bekerja, saya kan butuh makan untuk minum vitamin walaupun sudah tidak makan vitamin di pagi hari lagi, hari ini kan akan melelahkan dan dalih terbesarnya adalah ternyata sarapan pagi kalau dimasakan oleh istri itu adalah sesuatu yang patut disyukuri. Kebiasaan yang bagi akan cepat sekali dirusak dalam pergaulan atau lingkungan yang buruk.
Tanpa disadari terkadang diri saya melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya. Bahkan kebiasaan yang sengaja dibangun untuk kesehatan diri sendiri, mudah sekali tergantikan dengan kebiasaan yang baru. Untuk menjadi seorang yang berdaya, dibutuhkan kesadaran akan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan atau sedang dibangun.
To your highest and masterful self,
Irvan Irawan Jie
Neuro-Semantics Trainer
Associate Certified Meta-Coach