top of page
  • Gambar penulisIrvan Irawan Jie

Mastering - Focus


Ketika kecil saya setiap pagi berjalan kaki ke sekolah. Di sana saya bisa bertemu dan bermain dengan teman-teman, belajar dari guru-guru dan bersenda gurau dengan pedagang-pedagang langganan yang berjualan di depan sekolahan. Bahkan sampai sekarang karena rumah saya masih dekat dengan sekolah, saya masih berhubungan baik dengan guru-guru dan pedagang-pedagang di sana. Dulu tidak ada smartphone ataupun hal-hal lain yang bisa mengganggu kami belajar, kecuali komik ataupun TV kecil yang pernah ayah saya belikan untuk keluarga. Walaupun belum secanggih sekarang, tetapi saya pun tidak mudah untuk fokus belajar di sekolah.


Sekarang, karena keadaan, anak-anak perlu belajar secara daring dan berada di rumah. Halangan untuk anak saya belajar sekarang bentuknya bukan lagi fisik, tetapi sudah berada di dalam jaringan itu sendiri. Anak saya belajar menggunakan Zoom dan Google Drive. Tetapi dalam komputernya bukan hanya dua program itu saja, masih ada Chorme untuk Youtube dan Discord untuk bercengkerama dengan teman-temannya.


Sayangnya karena di dalam jaringan, gurunya yang mengajar di Zoom tidak mungkin mengetahui apa yang anak saya lakukan ketika beliau mengajar. Anak-anak di rumah bebas menggunakan teknologi untuk bisa melakukan apa yang mereka inginkan. Apalagi ketika orang tuanya seperti saya, sedikit cuek dan menganggap bahwa mereka perlu belajar konsekuensi apabila melakukan sebuah kesalahan. Kalau dulu saja saya tanpa kecanggihan Internet tidak mudah untuk fokus, tantangan bagi anak-anak sekarang jauh lebih besar.


Belajar sepertinya bukanlah fokus anak-anak, walaupun sebagai orang tua saya selalu mengatakan penting bagi dirinya untuk belajar, saya sendiri belum menyadari pentingnya belajar sampai ketika saya dewasa. Sehingga normal bagi mereka untuk tidak fokus belajar, tetapi fokus kepada hal-hal yang memang menyenangkan bagi mereka. Bercanda dengan teman, menonton video menarik di Youtube, bermain game dan tentunya membuat ibunya khawatir dan was-was setiap kali ujian. Untuk sesuatu yang mereka sukai, mereka akan sangat fokus.


Hal ini tidak berubah sampai kita dewasa, hal-hal yang tidak kita fokuskan kemungkinan besar adalah hal-hal yang tidak kita sukai. Bagi hal-hal yang kita sukai tentu kita akan memberikan perhatian, waktu dan energi ekstra. Namun berbeda dengan anak-anak, sekarang kita sudah bisa mengatur hal apa yang perlu dilakukan walaupun tidak disukai dengan menambah pentingnya hal tersebut untuk dilakukan.


Sudahkah mengatur diri kita sendiri untuk mengerjakan dan melakukan hal-hal yang memang perlu dilakukan? Bahkan belajar menyukainya, karena pilihan lainnya adalah melakukannya dengan bersungut-sungut seperti anak kecil yang diminta untuk belajar.


To your highest and masterful self,

Irvan Irawan Jie

www.irvanjie.com

Neuro-Semantics Trainer

Associate Certified Meta-Coach


8 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page