Mastering - Example
Sore hari sepulang dari les, saya duduk termenung di sekolah. Waktu menunjukkan pukul tiga siang, dan sudah tidak ada abang-abang jajanan makanan lagi di depan sekolah. Saya lalu masuk ke dalam dan duduk di tepi lapangan voli. Sambil mengamati orang-orang yang sedang bermain voli, tanpa saya sadari ada sekelompok teman-teman saya sedang berkumpul. Mereka berkumpul di dalam sebuah kelas dan sepertinya mereka sedang berbicara.
Mereka tidak sendiri, tetapi mereka dipimpin oleh seorang kakak kelas. Kakak kelas yang usianya berbeda enam tahun dari kami. Kakak kelas ini juga adalah guru Taekwondo saya. Akhirnya saya pun diajak masuk ke ruangan tersebut dan ikut mengobrol. Barulah setelah saya masuk dan mulai mendengarkan, ternyata mereka adalah sebuah kelompok kecil yang membahas ayat-ayat kitab suci. Kelompok yang difasilitasi oleh Gereja tempat saya beribadah.
Sejak sore hari itu, saya menjadi bagian dari kelompok kecil tersebut sampai sekarang. Kelompok yang tadinya hanya anak-anak remaja, sekarang sudah memiliki keluarga masing-masing. Tetapi kadang kami masih suka berkumpul dan berbicara satu sama lainnya. Semua ini karena ada seorang kakak kelas yang bersedia memfasilitasi kami dan menjadi contoh hidup bagi kami. Kami belajar banyak darinya, bukan hanya tentang iman, tetapi juga tentang bagaimana cara hidup.
Saya dan teman-teman saya memiliki kakak kelas itu, apakah ada di dalam kehidupan anda orang-orang yang menjadi contoh hidup? Orang-orang yang berjasa dalam hidup kita dengan memberikan cara pikiran baru yang membuka cakrawala anda? Karena kakak kelas itu, saya memulai perjalanan untuk menjadi diri yang lebih baik. Sekarang, ketika dewasa, saya pun memfasilitasi sekelompok anak muda di tempat ibadah. Saya memberikan apa yang sudah kakak kelas itu berikan kepada saya, contoh hidup.
Apakah kita sudah menjadi orang yang mencontohkan hidup yang baik bagi orang-orang lain di sekitar kita?
To your highest and masterful self,
Irvan Irawan Jie
Neuro-Semantics Trainer
Associate Certified Meta-Coach