Mastering - Couple
Empat belas tahun yang lalu saya menikahi seorang perempuan yang menurut saya akan menjadi rekan yang sepadan bagi kehidupan saya. Saat itu saya tidak pernah memikirkan bahwa cara berpikir, tata cara dan budaya kami sangat berbeda. Bahkan sebelum menikah ada banyak hal yang perlu dibicarakan dengan orang tuanya perihal budaya yang ada di keluarga saya.
Pada awalnya hal itu tidak pernah menjadi sebuah masalah karena kami masih berada di tahap masih dipenuhi dengan rasa senang ketika bersama. Ketika anak kedua kami lahir, barulah banyak perbedaan-perbedaan dari diri kami yang sekarang mulai kami rasakan. Bahkan tidak sedikit yang berakhir dengan kekecewaan masing-masing. Untungnya kami berdua cukup dewasa untuk mengkomunikasikan apa yang kami rasakan.
Awalnya saya berpikir bahwa ketika berpacaran, berbeda itu menarik. Sama seperti magnet, dua kutub yang berbeda maka tarikannya akan semakin kuat. Tetapi setelah menikah ternyata perbedaan itu menjadi sesuatu yang menarik kami ke dua arah yang berbeda. Sampai saya diberitahu suatu penelitian baru bahwa, dalam berpasangan kesamaan akan menarik dan setelah menikah pasangan akan cenderung saling melengkapi satu sama lainnya.
Melengkapi dalam arti karena saya berada di cara pikir yang satu, maka istri saya akan berpikir ke arah yang lainnya untuk menyeimbangkan cara pikir saya. Menurut saya ini masuk akal, karena dengan begitu kami menjadi lebih seimbang dan bisa lebih bijaksana dalam mempertimbangkan suatu hal. Yang perlu kami ingat adalah persamaan mengapa kami menikah, tujuan besar apa yang ingin kami capai bersama dan setelah menikah bagaimana kami perlu untuk berkomunikasi dan saling menyeimbangkan.
Karena dibalik setiap perilaku ada niat baik di baliknya, maka apa pun perbedaan yang pasangan atau rekan kerja anda lakukan berbeda, sudahkah memahami niat baik di baliknya?
To your highest and masterful self,
Irvan Irawan Jie
Neuro-Semantics Trainer
Associate Certified Meta-Coach