top of page
  • Gambar penulisIrvan Irawan Jie

Hierarchy of Needs…

Teman2 hehehe since di KYNoceng lagi pada rame ngomongin tentang Jamsostek and welfare orang2 Indonesia, gua reply nya disini aja deh biar jadi enak gak gangguin orang2 yang lagi pada ngerumpi hal2 yang lebih asyik… tapi buat gua ini lebih seru… 😀

Semua orang punya kebutuhan yang lain2, kebutuhan2 ini udah dibagi jadi 5 menurut Abrahaham Maslow


Maslow’s Hierarchy of Needs

Dikenal sebagai “Maslow Hierarchy of Needs.” Menurut Maslow semua orang punya 5 basic needs, they are:

  1. Biological and Psychological: food, drink, air, sleep, sex, warmth, etc.

  2. Safety: law, stability, protection.

  3. Love and Belonging: family, affection, relationship, work group

  4. Esteem: achievement, status, responsibility, reputation.

  5. Self Actualization: personal growth and fulfilment.

Nah, in case of orang2 Jakarta golongan ekonomi menengah ke bawah yang hidup dengan UMR (+ -Rp. 900,000.00), I believe they are still trying to satisfy their first needs which is “Psychological” including food, shelter and clothes and won’t go beyond that. Seperti yang gua bilang sebelomnya, orang itu kan daya adaptasinya tinggi, jadi walau mereka harus live well beyond their means, they will do it in order to survive. How? ya dengan cara mengurangi makan, tingal di tempat kumuh / ramai2 di satu rumah, minjam uang dari tetangga, kerja sambilan, jadi rampok, whatever they have to do to survive. I really do believe they won’t even look at the big promises / things (including education) in the TV/banner ads until they can actually fulfill their first biological, psychological and emotional needs first.

Untuk semua orang di Jakarta yang “fortunate” enough dan sudah memenuhi semua kebutuhan dasar, mereka akan otomatis berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada di tingkat atasnya termasuk segala sesuat yang “WAH”. Kalau mereka mampu untuk bayar pendidikan yang lebih bagus walaupun mahal mereka akan tetap bayar, dan inilah kenapa banyak orang di Jakarta yang bilang, orang kaya makin kaya, orang miskin makin miskin. Karena orang “kaya” at least bisa menginvestasikan uangnya di dalam diri anak2nya dengan memberikan pendidikan yang terbaik. Bagaimana dengan yang miskin? one of my friend stated it gracefully “kurva ekonomi: ‘Harga berbanding lurus dgn kwalitas…” Orang2 miskin bakalan susah untuk keluar dari kemiskinan kalau tidak ada pendidikan. Can we help? sure we can… I have a grand “dream” of helping those people… how? I don’t know yet but at least I know that I can help in some way… ada yang mau ikutan? baksos KY Noceng?

Gua juga udah tulis di post gua yang sebelomnya tentang gimana caranya supaya Jakarta kita bisa lebih baik. Kalau pemerintah punya visi dalam 2020 semuanya akan lebih baik, step2 yang gua tulis di post itu sangatlah relevan. Jika semua hal2 yang di post gua itu belum terpenuhi akanlah sangat susah untuk pemerintah merealisasikan visi mereka.

I’m a liberal economist dan penganut asas pasar bebas, menurut gua semua limit dari pemerintah adalah “racun,” (thanks to Mickey Hepner) lah wong pemerintahnya aja gak bener. Apakah UMR a bad thing? Menurut gua iya kenapa? soalnya gua percaya gaji seseorang itu harus dibayar sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya sendiri. UMR itu secara gak langsung adalah garis yang dibuat oleh pemerintah secara sepihak. Dengan pemerintah membuat UMR, mereka dengan sendiri nya me-limit perusahaan untuk membayar sesuai dengan yang sudah ditetapkan tanpa memperdulikan kemapuan orang tersebut. And this way the government is punishing the companies and force them to strap their money which probably they can spend better somewhere else (invest in a new machinery to increase productivity maybe?). Orang yang tidak berkemampuan / berpendidikan sekalipun, apabila susah berpengalaman bisa digaji lebih tinggi daripada orang2 yang fresh graduate… or at least that’s in my mind.

#Ekonomi #Jakarta #KaYe #Maslow

0 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page