Irvan Irawan Jie
Fear of Starting

T-Rex
Karena film Jurassic World baru aja keluar dan saya pengen banget nonton sama istri tercinta, saya jadi teringat tentang film Jurassic Park yang dahulu kala waktu saya masih kurus. Ketika mengingat-ingat film itu, saya terpikirkan apa yang akan dilakukan oleh banyak orang (termasuk saya sendiri) ketika dihadapkan dengan T-Rex sang raja penguasa dunia dinosaurus? Saya berpikir, kebanyakkan akan lari dan ketika sudah terpojok maka akan diam saja karena ketakutan dan hap… Lalu disantap. Karena ketakutan akan yang kita hadapi, maka kita memilih untuk meresponnya dengan tiga respon utama yang ada di otak primitif kita, fight, flight or freeze.
Kalau masih ada semangat juang maka seseorang akan fight sampai titik darah penghabisan, go big or go home, atau memakai segala cara untuk bisa melawan. Ketika kita sadar bahwa kita ada di posisi yang kurang menguntungkan, maka reaksi berikutnya adalah kabur, pakai jurus langkah seribu. Respon ketiga adalah saking ketakutannya maka sampai terpana dan tidak bisa melakukan apa-apa, seperti waktu main menjadi patung-patungan semasa kecil dahulu. Tiga respon ini secara primitif sudah ada di dalam otak (Amgydala kalau mau tau bahasa kerennya) kita hasil turun temurun dari nenek moyang kita yang memang berhadapan dengan T-Rex.
Setelah berpikir hal yang diatas, otak kecil saya berpikir lagi. Saya mengamati bahwa banyak diantara kita yang juga seperti itu dalam memulai sesuatu, usaha misalnya. Ada hubungannya kah ketakutan dengan memulai sebuah usaha di dunia modern ini dengan T-Rex imaginatifnya? Apa hubungannya takut sama T-Rex dalam memulai usaha coach? Dalam memulai sebuah usaha, namanya sebagai manusia kita memiliki ketakutan-ketakutan kita sendiri. Takut gagal atau takut kalau terlalu sukses lalu nanti orang-orang disekitar akan berubah dan banyak takut-takut yang lain. Mengikuti tiga teori tentang otak primitif kita maka respon seorang manusia juga bisa fight, flight atau freeze. Fight dengan memulai usahanya, sukses gak sukses urusan belakangan. Kabur dari peluang memulai usaha itu sendiri. Atau bahkan bisa membeku karena ketakutan akan sebuah peluang memulai usaha dan akhirnya terdiam saja di tempat tanpa melakukan apa-apa.
Lalu apa yang bisa kita lakukan apabila perasaan takut melanda?
1. Sadari bahwa takut itu wajar.
Perlu kita sadari bahwa yang namanya takut adalah wajar, setiap manusia di dunia memilikinya. Memang sudah diciptakan begitu dari sananya. Biasanya rasa takut adalah sebuah warning sign bagi diri bahwa ada sesuatu yang perlu dihadapi di depan. Rasa takut itu seolah-olah seperti rem yang membuat kita berhenti sejenak dan berpikir apakah kita sudah siap menghadapi yang di depan itu
2. Quality control perasaan takutnya.
Tanyakan pada diri sendiri apa maksud positif dari perasaan takut ini? Karena diatas saya sudah menulis bahwa rasa takut adalah warning sign, maka carilah arti positifnya. Kalau ada dilanjutkan ke langkah berikutnya. Kalau tidak ada arti positifnya, yang perlu dilakukan adalah tanyakan kepada diri sendiri, apakah perasaan ini memberdayakan diri saya? Apakah perasaan takut ini bisa membuat saya menjadi seseorang yang lebih baik lagi? Apabila jawabannya tidak, maka kita bisa tahu bahwa perasaan takut ini tidaklah berguna dan dapat diganti.
3. Access dan tukar perasaan takut dengan perasaan yang lain.
Karena perasaan takut mengakibatkan tiga respon primitif, maka ada baiknya perasaan takut itu diganti dengan sebuah perasaan positif yang dapat membantu kita menghadapi kenyataan yang ada. Pikirkan, perasaan apa yang bisa kita pakai dalam kenyataan yang perlu kita hadapi. Misalnya perasaan tenang, berhati-hati, waspada, bersyukur, dll. Setelah mendapatkan perasaan positifnya terapkan perasaan itu kepada diri sendiri.
4. Analisa kenyataan yang ada dengan jujur.
Setelah perasaan takut diganti dengan perasaan yang lebih baik, maka saatnya kita menganalisa kenyataan yang ada. Rasa takut akan membuat kita berpikir secara irrasional dan tidak jelas. Tanpa ada rasa takut, diharapkan kita mampu menganalisa dan berpikir dengan lebih jernih tetang apa yang kita hadapi.
5. Hadapi kenyataan yang ada dengan perasaan positif.
Dengan perasaan positif yang baru dan hasil analisa keadaan tiba saatnya kita menghadapi kenyataan yang ada. Pilihan untuk menghadapinya tetap ada tiga fight, flight atau freeze. Dengan analisa yang baik, kita dapat memilih langkah yang terbaik. Niscaya hasilnya akan lebih baik daripada kita menghadapinya dengan rasa takut kita. Do your best and let God do the rest.
Semoga sharing ini bisa membantu, dan saya akan akhiri dengan quote dari Jack Canfield (penulis buku Chicken Soup For The Soul dan seorang entrepreneur sukses) – Everything you want is on the other side of fear.
Irvan Irawan Jie