Actualizing - Endurance

TIga kali sudah saya mengunjungi ruangan ini dalam sejam terakhir. Ruangan paling enak untuk berpikir karena biasanya ide-ide brilian, ilham-ilham dan juga banyak kejeniusan yang muncul di sini. Tetapi kali ini rasanya berbeda, yang terasa bukan jernihnya pikiran tetapi melilitnya rasa sakit di perut. Hari ini adalah hari dimana saya menikmati dengan lahap makanan padang kesukaan yang dibeli di dekat rumah.

Walaupun sepertinya saya merasa mampu untuk menangani pedas, panas dan bersantannya masakan khas padang tersebut, sepertinya perut saya berontak. Memang sepertinya perut saya tidak terlalu tahan makanan yang terlalu pedas ataupun bersantan. Walau begitu pemahaman tersebut tidak menghalangi saya untuk menyantap dengan lahap makan siang saya tadi.

Saya berpikir bahwa hanya karena saya dapat melakukannya, maka tubuh saya pun akan mengikuti apa yang saya pikirkan. Kekeliruan pikiran saya adalah bahwa apabila saya dapat memakannya, maka semua akan baik-baik saja. Saya berpikir bahwa tubuh saya memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat untuk menangani pedas, panas dan bersantannya makanan ini. Ternyata saya salah.

Hanya karena saya dapat melakukannya, bukan berarti hal itu baik buat saya. Daya tahan saya terhadap pedas tidak berbanding lurus dengan kemampuan perut saya untuk menahan dampaknya. Pada saat memakannya pun saya terjebak dengan pemikiran jangka pendek dan kenikmatan duniawi semata yang membuat lidah berpesta pora. Memaksakan kehendak saya yang bisa saja berbanding terbalik dengan kebaikan diri saya. Semuanya itu dibayarkan di jangka menengah dengan keringat yang bercucuran.

Hal apa yang sedang dilakukan saat ini yang hanya karena mampu tetapi belum tentu dampaknya baik untuk masa depan kita? Setidaknya ini ide dan pemahaman yang muncul sambil saya memegang perut dan meratapi penyesalan saya atas lahapnya siang tadi.

To your highest and actualized self, Irvan Irawan Jie www.irvanjie.com Neuro-Semantics Trainer Associate Certified Meta-Coach